LM_10

LM_10

Kamis, 14 April 2011

Tiki - Taka

Spanyol berhasil menjuarai Piala Eropa 2008 sekaligus Piala Dunia 2010 dengan mengusung cara bermain yang disebut Tiki-taka. Gaya permainan yang tak jauh berbeda dengan Total Football yang dianut Belanda di era 1970-an. Jika Belanda gagal menjuarai Piala Dunia, Spanyol justru sukses. Ya, boleh dibilang, Tiki-taka telah menyempurnakan Total Football. Tapi, apa sebenarnya tiki-taka itu?
Dalam buku The Linguistics of Football, istilah tiki-taka muncul saat Andres Montes, komentator dan wartawan televisi La Sexta mengucapkan “Estamos tocando tiki taka tiki taka,” yang berarti “Kami bermain tiki taka tiki taka.” Saat mengomentari laga Spanyol kontra Tunisia di Piala Dunia 2006.

Sebutan tiki-taka sendiri ada yang mengaitkan dengan mainan yang dalam bahasa Inggris disebut Clackers. Mainan yang terdiri dari dua bola kecil yang beradu dan menghasilkan bunyi “tik-tak”.
Di jagat sepak bola, tiki-taka merupakan sebuah gaya bermain yang mengandalkan umpan pendek, pergerakan pemain, mengalirkan bola di semua area dan menguasai bola sebanyak mungkin. Gaya tiki-taka banyak yang mengaitkan dengan Johan Cruyff. Legenda Belanda ini dikatakan sebagai pioneir saat memakai gaya ini kala menjadi pelatih Barcelona.
Tak disangkal, tika-tika memiliki esensi yang sama dengan total fooball: “Pemain bertahan dan penyerang memiliki porsi yang sama.” Karenanya, tak ada lagi transisi dari saat menyerang atau sebaliknya.
Berikut beberapa hal dalam gaya tiki-taka yang saat ini bisa dilihat di Barcelona atau timnas Spanyol.
Cara bermain
  • Bola kebanyakan ada di atas tanah.
  • Triangular dan circular passing.
  • Umpan kebanyakan pendek-pendek.
  • Bola mengalir ke semua arah.
  • Pemain jarang menggiring bola.
  • Pemain melakukan pergerakan (short moves) secara konstan.
  • Umpan selalu mengarah ke kaki.
Possession
  • Menguasai bola secara individual dan tim
  • Menguasai bola lebih penting ketimbang mencetak gol.
  • Passing bola dengan cara yang sama di sepertiga pertama, kedua, dan ketiga lapangan.
  • Mengubah arah permainan secara konstan.
  • Sabar, yakin, dan akurat dalam mengumpan.
Repossession
  • Konsep menyerang tiki-tkika berbeda.
  • Kemampuan menguasai bola dan mengalirkannya di sepertiga terakhir lapangan adalah sasaran utama.
  • Jika pada suatu titik bola ada di dekat gawang lawan dan ada ruang untuk mengirimnya ke jala, gol pun tercipta.
  • 99 persen bola yang menuju depan berawal dari belakang.
  • Tim menyerang dari belakang dan bertahan sejak dari depan.
Defending
  • Menguasai bola adalah cara bertahan. (Bayangkan, bagaimana lawan bisa mencetak gol jika mereka tak mengusai bola).
  • Dalam transisi dari kehilangan bola ke kembali merebut bola, pressing cepat dilakukan. Bukan menghentikan lawan mencetak gol, tapi merebut kembali penguasaan bola.
  • Tak diperlukan perubahan dari bertahan-menyerang, juga sebaliknya.
  • Bertahan dengan mengusai bola, menyerang juga dengan menguasai bola.
  • Konsepnya adalah possession dan repossession, bukan atacking dan defending.
Strategi
  • Menguasai bola setiap saat.
  • Merebut penguasaan bola secepat mungkin.
  • Bertahan dari depan.
  • Menyerang dari belakang.
“You pressure, you want possession, you want to attack. Some teams can’t or don’t pass the ball. What are you playing for? What’s the point? That’s not football. Combine, pass, play.” - Xavi Hernandez

Jumat, 01 April 2011

Fanta"Gla"sista

Fanta"Gla"sista

Adakah diantara kalian yang tahu arti ‘fantasista’ ? ini adalah istilah yang sering ada dalam sepakbola tapi sedikit pesepakbola yang dijuluki ‘fantasista’. julukan? ya ini adalah julukan kepada pemain yang mampu membuat penonton berdebar-debar sembari berdecak kagum melihatnya bermain bola.

fantasista tidak dimiliki oleh pemain di posisi tertentu tapi memang kebanyakan fantasista berposisi sebagai playmaker, Italia adalah negeri yang punya sepakbola kreatif, walaupun banyak orang melihat Italia hanya mengandalkan pertahanan dan serangan balik namun dibalik itu mereka selalu melahirkan pemain bertalenta ‘dewa’. Sedangkan sisipan kata "Gla" artinya adalah Gladiator. Gabungan antara kedua julukan tersebut menggambarkan seorang pemain sepak bola yang memiliki dua karakter itu sekaligus. Ia tidak hanya mahir dalam hal teknik dan strategi, namun juga seorang petarung yang tangguh bak seorang gladiator.  Maka tak jarang klub - klub raksasa Eropa tertarik untuk "meminangnya".

Zidane, Maradona, Roberto Baggio, Andrea Pirlo, Alessandro Del Piero dan Francesco Totti adalah “fantasista’ dan mereka berjaya ketika bermain di Serie A Italia, walaupun banyak tipe ‘fantasista’ yang lahir di luar Italia seperti Ronaldinho, Messi, Riquelme dan lainnya tetap saja Italia lah yang paling banyak melahirkan ‘fantasista’.

Fantasista adalah pemain yang bermain bola dengan hati dan visi jauh ke depan melebihi pemain lainnya, ketika mereka bermain bola mereka hanya bisa membuat kita para penonton kagum dan berdebar – debar, saya jamin itu. sebagian dari ‘Fantasista’ sejati tidak pernah sukses ketika membela tim besar yang mengekang kreatifitas pemain dan menjadikannya hasil yang maksimal untuk tim.

Maradona, Riquelme dan Roberto Baggio membuktikannya ketika mereka bermain di klub seperti Napoli, Villareal dan Brescia, napoli yang bukan apa – apa diantar maradona menjadi Scudetto Serie A dua kali, Villareal juga jadi trengginas di LFP serta Liga Champions ketika digawangi Riquelme dan Diego Forlan pun juga Brescia yang jadi penantang serius bagi juara tradisional Serie A ketika dikomandani Roberto Baggio. mereka semua gagal bersinar di klub besar namun berhasil memberikan ‘sebuah cahaya’ di sebuah klub kecil.

inilah sepakbola, bermainlah dengan hati maka kita akan menikmati indahnya bermain sepakbola, penonton senang pemain pun tertawa.